"Ayo! Jangan lompat-lompat di atas kasur! Nanti Mama pukul pakai sapu lidi nih!"
Ancaman dengan suara keras, tanpa bertatapan langsung dengan si anak, dan menakut-nakuti anak akan memberikan imbas yang sangat buruk pada si anak. Seorang anak adalah individu yang sangat pandai mempelajari atau meniru pola tingkah laku orang tua. Bahkan bukan saja meniru, tetapi bahkan bisa mengendalikan tingkah laku orang tua.
Jangan biasakan memberikan ancaman kepada anak, apalagi ancaman tersebut tidak mengandung tindak lanjut dikarenakan orang tua sudah lupa karena memang cuma berniat mengancam atau menakut-nakuti si anak.
Jangan kira sebagai orang tua ancaman yang kita lontarkan tersebut tidak akan dibalas ancaman dengan si anak. Mereka adalah pembelajar yang cerdas dan cepat tanggap. Bisa jadi kemudian hari, kita yang akan terus mendapat ancaman mereka dan tidak mampu berkutik dari ancaman makhluk kecil pemarah tersebut.
Apa yang sebaiknya orang tua lakukan?
HINDARI KEBIASAAN MENGANCAM. Hadapi si anak dengan dewasa. Hadapkan seluruh tubuh dan perhatian kita kepadanya. Tatap matanya dengan lembut tapi tegas. Tunjukkan ketidaksetujuan kita terhadap sikap yang dilakukannya. Misalnya, "Abang, merampas mainan adik itu tidak baik. Main lah bersama-sama. Jadi, adik tidak akan menangis dan abang tetap bisa senang bermain. Tapi, kalau abang masih tetap ingin merampas mainan ini. Bunda akan menyimpan mainan ini dalam gudang. Jadi, tidak ada yang bisa memainkannya. Bunda bisa mengeluarkannya dari gudang, asal abang mau meminjamkan kepada adik dan main bersama-sama dengan akur."
Bukankah, ujaran lembut tersebut tetap tegas tanpa kita perlu mengancam dan menakut-nakuti dengan kasar?
Sumber:
Ayah Edy (Edy Wiyono), "Mengapa Anak Saya Suka Melawan dan Susah Diatur?", PT. Grasindo, 2008.
Ancaman dengan suara keras, tanpa bertatapan langsung dengan si anak, dan menakut-nakuti anak akan memberikan imbas yang sangat buruk pada si anak. Seorang anak adalah individu yang sangat pandai mempelajari atau meniru pola tingkah laku orang tua. Bahkan bukan saja meniru, tetapi bahkan bisa mengendalikan tingkah laku orang tua.
Jangan biasakan memberikan ancaman kepada anak, apalagi ancaman tersebut tidak mengandung tindak lanjut dikarenakan orang tua sudah lupa karena memang cuma berniat mengancam atau menakut-nakuti si anak.
Jangan kira sebagai orang tua ancaman yang kita lontarkan tersebut tidak akan dibalas ancaman dengan si anak. Mereka adalah pembelajar yang cerdas dan cepat tanggap. Bisa jadi kemudian hari, kita yang akan terus mendapat ancaman mereka dan tidak mampu berkutik dari ancaman makhluk kecil pemarah tersebut.
Apa yang sebaiknya orang tua lakukan?
HINDARI KEBIASAAN MENGANCAM. Hadapi si anak dengan dewasa. Hadapkan seluruh tubuh dan perhatian kita kepadanya. Tatap matanya dengan lembut tapi tegas. Tunjukkan ketidaksetujuan kita terhadap sikap yang dilakukannya. Misalnya, "Abang, merampas mainan adik itu tidak baik. Main lah bersama-sama. Jadi, adik tidak akan menangis dan abang tetap bisa senang bermain. Tapi, kalau abang masih tetap ingin merampas mainan ini. Bunda akan menyimpan mainan ini dalam gudang. Jadi, tidak ada yang bisa memainkannya. Bunda bisa mengeluarkannya dari gudang, asal abang mau meminjamkan kepada adik dan main bersama-sama dengan akur."
Bukankah, ujaran lembut tersebut tetap tegas tanpa kita perlu mengancam dan menakut-nakuti dengan kasar?
Sumber:
Ayah Edy (Edy Wiyono), "Mengapa Anak Saya Suka Melawan dan Susah Diatur?", PT. Grasindo, 2008.
Sumber: http://id.shvoong.com/books/dictionary/2321862-kebiasaan-salah-orang-tua-banyak/#ixzz28twrCDKJ
0 komentar:
Posting Komentar
Digauli.xyz Share info, tips dan gaya gaul era kini, dengan mengedepankan informasi teknologi.
Silahkan Berkomentar :)